Pisang Mas Slot Link Alternatif

Pisang Mas Slot Link Alternatif

Hasil Riset Ma Chung-ITB-BRIN soal Pisang Mas

Para periset dari Universitas Ma Chung, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah berkolaborasi dalam konsorsium riset untuk mengungkap kandungan karotenoid pada beberapa pisang kultivar lokal dari Jawa Timur. Riset tersebut terlaksana dengan pendanaan dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melalui program pendanaan riset dan inovasi COVID-19 pada tema pencegahan.

Pisang mas, dengan nama latin Musa acuminata cv. AA, merupakan pisang kultivar lokal yang banyak dibudidayakan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Di Jawa Timur, produksi pisang mas banyak ditemukan di daerah Malang, Jember, Lumajang, Bojonegoro, dan Pasuruan. Buah dari pisang mas umumnya dimakan segar sebagai buah meja. Ukuran jari buah kecil dengan bobot 50-80 g, panjang 8-10 cm dan diameter 2,5-3,5 cm. Kulit buah berwarna kuning cerah keemasan dengan daging buah masak berwarna krem, kuning hingga oranye, bertekstur halus dan lembut dengan rasa yang manis.

Kandungan karotenoid pada buah pisang sebenarnya dapat dikenali oleh masyarakat awam dari warna daging buahnya. Semakin intensif warna kuning-oranye pada daging buah pisang maka akan semakin tinggi kandungan karotenoidnya. Daging buah pada pisang mas menunjukkan warna kuning-oranye yang paling intensif, sedangkan pisang cavendish menunjukkan warna kuning-krem yang paling tidak intensif.

Berikut urutan karotenoid pisang lokal di Jatim dari yang paling tinggi dibandingkan dengan cavendish:

1. Pisang mas (3.660,59 µg/100 g bk) 2. Pisang berlin (2.554,14 µg/100 g bk)3. Pisang raja (2.089,60 µg/100 g bk) 4. Pisang candi (1.777,77 µg/100 g bk)

Sementara itu, pisang cavendish menunjukkan karotenoid total yang paling sedikit secara signifikan hanya 347 µg/100 g bk.

Komposisi karotenoid pada pisang mas lebih banyak mengandung α-karoten (1.556,22 µg/100 g bk), daripada β-karoten (900,69 µg/100 g bk) dan lutein (258.65 µg/100 g bk). Kandungan α-karoten dan lutein pada pisang mas juga diketahui paling tinggi di antara pisang kultivar lainnya. Sedangkan kandungan β-karoten pada pisang mas sedikit lebih rendah daripada pisang raja namun tidak signifikan.

Angka kecukupan gizi yang direkomendasikan untuk vitamin A diberikan sebagai ekuivalen aktivitas retinol (RAE) untuk memperhitungkan berbagai bioaktivitas retinol dan provitamin A karotenoid, yang semuanya diubah oleh tubuh menjadi retinol. Nilai aktivitas vitamin A pada pisang mas adalah yang paling tinggi mencapai 139,90 µg RAE/100 g bk, diikuti oleh pisang raja (115,58 µg RAE/100 g bk), pisang berlin (113,90 µg RAE/100 g bk), pisang candi (84,23 µg RAE/100 g bk) dan pisang cavendish (5.93 µg RAE/100 g bk).Konsumsi buah pisang dianjurkan untuk memenuhi kecukupan gizi harian akan vitamin A untuk kesehatan mata.

Pisang Mas bananas are a small varietal growing in dense, clustered hands, with the bananas averaging 2 to 3 centimeters in diameter and 10 to 14 centimeters in length. A single banana, also known as a finger, has a squat, straight to slightly curved shape, and the peel is very thin, becoming fragile and easily damaged once ripe. The peel ripens from light green to golden yellow with maturity, and the surface often features brown spots and scrapes. Underneath the peel, the yellow flesh is soft, creamy, dense, and smooth. Pisang Mas bananas emit a fruity aroma when peeled and have a tropical, sweet, and honey-like flavor.

Pisang Mas bananas are available year-round.

Pisang Mas bananas, botanically classified as Musa acuminate, are a Southeast Asian variety belonging to the Musaceae family. The bananas grow on a semi-dwarf, evergreen plant that reaches up to four meters in height, and each plant can have several bunches of 10 to 14 hands with 12 to 20 fingers on each hand. Pisang Mas bananas are a diploid AA cultivar native to Southeast Asia, where they have been consumed as a fresh fruit for centuries. The name Pisang Mas translates to mean “golden banana,” a descriptor derived from the banana’s golden yellow peel and flesh. Throughout Southeast Asia, Pisang Mas bananas are known by many different names, including Sugar bananas, Sucier, Monkey bananas, Bocadillo, Kluai Khai in Thailand, Amas in the Philippines, Chuoi Trung in Vietnam, Lady Finger bananas, Date bananas, and Fig bananas. In the modern-day, Pisang Mas bananas are one of the most popular banana varieties in Southeast Asia and are traditionally consumed fresh as a dessert cultivar. The bananas are also known for their unique small size, sweet flavor, and lack of discoloration when sliced.

Pisang Mas bananas are an excellent source of fiber to regulate the digestive tract, vitamin C to strengthen the immune system, and potassium to balance fluid levels within the body. The bananas also provide other minerals such as manganese, magnesium, calcium, and zinc and lower amounts of iron, folate, B vitamins, and riboflavin.

Pisang Mas bananas have a sweet, tropical, and fruity flavor well suited for fresh and cooked preparations. The small bananas are mostly consumed raw and are highly valued as a dessert cultivar for their soft, dense, and creamy nature. Pisang Mas bananas can also be sliced and mixed into fruit salads, cut as a fresh topping over pancakes, waffles, and French toast, or skewered whole and dipped in chocolate. One of the unique features of the variety is its ability to oxidize slowly once sliced. Try layering Pisang Mas bananas into parfaits, stirring into oatmeal, or layering over smoothie bowls. In addition to fresh preparations, Pisang Mas bananas can be sautéed, fried, or caramelized in desserts. The bananas can be wrapped in puff pastry and fried, sliced and cooked into chips, grilled to develop a smoky flavor, or simmered into compotes. They can also be mixed into banana cakes, bread, and crème brulee or cooked into savory dishes such as curries and stews for added sweetness. Pisang Mas bananas pair well with aromatics such as chilies, ginger, shallot, and curry leaves, caramel, vanilla, cinnamon, pandan leaves, and fruits such as coconut, strawberries, blackberries, and mango. Whole ripened Pisang Mas bananas will keep up to one week when stored in a cool and dry place away from sunlight.

Pisang Mas bananas are fried and consumed as a popular street food snack known as pisang goreng. The fried, crispy-sweet treat is eaten throughout Singapore, Malaysia, and Indonesia and is a simple food comprised of bananas dipped in batter and deep-fried. Historically, Pisang Mas bananas were consumed fresh, out of hand in Southeast Asia until the arrival of the Portuguese in the early 1500s. Portuguese settlers introduced flour into Southeast Asian culinary preparations around 1511, and they also demonstrated how bananas could be fried into a savory-sweet breakfast food. After this introduction, fried bananas became a favored on-the-go snack in Southeast Asia, traditionally served with coffee or tea in the morning or afternoon. In the modern-day, pisang goreng is a simple dish that chefs are elevating by pairing the fried fruits with various toppings, including cream, cinnamon sugar, fruit jams, and chocolate.

Pisang Mas bananas are native to Southeast Asia and have been growing wild since ancient times. Bananas were one of the first fruits to be cultivated in the early ages, and experts believe civilizations were breeding bananas as early as 8,000 BCE. Over time, many new varieties of bananas have been produced in Southeast Asia, and Pisang Mas bananas were domesticated and improved for commercial production. Pisang Mas bananas thrive in tropical, humid, and wet climates and were spread to regions worldwide through human intervention. The variety was carried to Africa, the Caribbean, South America, and Latin America and has been commercially planted for expanded production. Today Pisang Mas bananas are commonly found in local markets in Indonesia, Malaysia, Thailand, Cambodia, Singapore, Laos, Vietnam, India, and the Philippines and are located on a smaller scale in tropical regions of Africa, South America, and Central America. The bananas are also exported to China as one of the most expensive and popular dessert varieties in China.

Recipes that include Pisang Mas Bananas. One

is easiest, three is harder.

Belanja di App banyak untungnya:

Indonesiabaik.id - Kabupaten Tanggamus di Provinsi Lampung memiliki potensi luar biasa untuk produksi buah komoditas ekspor. Ya, karena buah pisang mas dari sana memiliki nilai pasar yang memenuhi kualitas ekspor. Kementerian Pertanian Republik Indonesia melalui Ditjen Hortikultura pun menyambut ekspor perdana pisang mas Tanggamus ke mancanegara dan mendukung agar produsen, petani, dan pihak berwenang di kabupaten dan provinsi menjaga konsistensi serta ketersediaan produknya di pasar internasional.

Awal mulanya Tanggamus dipilih sebagai daerah penghasil pisang adalah melalui survei kelayakan potensi apa yang cocok untuk diekspor. Hasilnya diketahui bahwa pisang mas Tanggamus memiliki nilai pasar yang memenuhi kualitas ekspor.

Selain itu pisang mas juga memiliki kualitas dari segi kandungan gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan bagus dikonsumsi sehari-hari. Perlu diketahui bahwa pisang mas mengandung beberapa vitamin serta mineral antara lain prebiotik untuk memperkuat tulang. Lalu kandungan seratnya berfungsi menyehatkan saluran pencernaan.

Sedangkan kandungan kalium dan sodium dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Lalu kandungan karbohidratnya untuk meningkatkan energi tubuh. Kemudian kandungan potasiumnya meningkatkan fungsi ginjal. Lantas efek antasid pisang mas mampu mencegah kambuhnya penyakit maag.

Karotenoid merupakan senyawa yang mampu mendukung fungsi biologis dalam sistem seluler manusia, seperti aktivitas vitamin A, fungsi antioksidan, dan penguat sistem imun. Namun, beberapa penyakit di negara berkembang yang berkaitan dengan defisiensi vitamin A seperti kanker, penyakit kardiovaskular, katarak, dan gangguan penglihatan seiring usia masih menjadi perhatian. Karena ketidakmampuan sel untuk melakukan biosintesis karotenoid, maka manusia membutuhkan asupan makanan yang kaya akan karotenoid untuk mengurangi risiko penyakit kronis tersebut. Sumber utama makanan mengandung karotenoid umumnya berasal dari buah dan sayur yang berwarna kuning-oranye.

Buah pisang merupakan salah satu komoditas hortikultura global yang kaya energi dan nutrisi, termasuk pigmen karotenoid. Tiga karotenoid utama pada buah pisang terdiri atas α-karoten, β-karoten, dan lutein. α-karoten dan β-karoten merupakan karotenoid pro-vitamin A yang masing-masing senyawanya dapat menghasilkan satu dan dua molekul retinal di dalam tubuh. Sedangkan, lutein adalah karotenoid makular yang dapat melindungi sel fotoreseptor mata. Konsumsi buah pisang dapat memberikan suplai pro-vitamin A karotenoid bagi tubuh manusia.

Terdapat lebih dari 1.000 pisang kultivar yang tersebar di daerah tropis di seluruh dunia. Sementara itu, tidak kurang dari 200 kultivar ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, dengan berbagai nama lokal yang bervariasi. Namun demikian, data Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan bahwa 45% pasar pisang global dikuasai oleh satu kultivar saja, yaitu pisang cavendish. Faktanya, pisang cavendish banyak ditemukan di pasar swalayan terkemuka di seluruh dunia. Sedangkan, pisang kultivar lokal lainnya lebih banyak untuk konsumsi sendiri pada skala rumah tangga, pasar lokal dan regional. Hal ini menunjukkan bahwa pisang kultivar lokal perlu dipertimbangkan karena berpotensi besar untuk meningkatkan pola makan masyarakat akan vitamin A.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah Pisang Mas/Hari untuk Penuhi Kebutuhan Vitamin A

National Institute of Health (Amerika Serikat) merekomendasikan nilai kecukupan gizi harian untuk vitamin A pada wanita dan pria dewasa, masing-masing 700 µg RAE dan 900 µg RAE. Untuk itu, diperlukan cukup banyak buah pisang, kurang lebih 10-15 buah pisang mas berukuran sedang (±70 g) untuk memenuhi kebutuhan harian akan vitamin A. Pisang kultivar lokal lainnya juga berpotensi, namun jumlah buah yang diperlukan untuk memenuhi kecukupan gizi akan lebih banyak untuk pisang dengan kandungan karotenoid dan aktivitas vitamin A yang lebih rendah, serta tergantung dengan bobot buah.

Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi pisang kultivar lokal yang ternyata mengandung krotenoid tinggi, selain mendukung pemenuhan kecukupan gizi vitamin A untuk kesehatan, juga akan berdampak pada peningkatan ekonomi dan pelestarian keanekaragaman hayati. Bioprospeksi upaya penggalian potensi keanekaragaman hayati pisang baik jenis liar dan kultivar asli Indonesia lainnya dalam kaitannya dengan pangan fungsional, nutraceutical atau obat-obatan, kosmetik, dan lainnya penting untuk dilakukan.

*) Lia Hapsari, Peneliti Ahli Madya di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)